Tim
spesialis pencari kotak hitam dari Prancis membantu mencari pesawat
AirAsia yang jatuh dalam penerbangan dari Indonesia ke Singapura.
Badan
investigasi kecelakaan Prancis BEA ikut menyelidiki kecelakaan udara
yang melibatkan pesawat Airbus lantaran perusahaan yang memproduksi
Airbus itu berbasis di Prancis.
Seperti diketahui, pesawat AirAsia yang jatuh tersebut menggunakan pesawat Airbus A320-200.
"Pada
pagi 2 Januari waktu setempat, sebuah kapal akan membawa penyidik ke
lokasi pencarian, dengan peralatan untuk mendeteksi, termasuk
hydrophones, guna menemukan suar akustik dari dua rekaman penerbangan,"
kata BEA dalam pernyataannya.
Penyidik
dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi Toos Sanitiyoso
mengatakan, kemungkinan akan makan waktu seminggu untuk menemukan kotak
hitam penerbangan dan rekaman suara. "Hal utama adalah untuk menemukan
lokasi utama reruntuhan baru kemudian kotak hitam," katanya dikutif Beritasatu.
"Ada dua langkah utama untuk menemukan kotak hitam. Salah satunya kita menemukan bagian terbesar dari reruntuhan."
Sanitiyoso mengatakan, belum terdeteksi ada "ping" yang dikirimkan kotak hitam.
Kemarin, ombak yang tinggi menghentikan penyelam untuk mencapai kemungkinan lokasi pesawat itu.
Sembilan
jenazah telah ditemukan di perairan Kalimantan, dekat tempat diduga
lokasi jatuhnya pesawat QZ8501, yang membawa 162 orang, Minggu (28/12).
Sebelumnya,
pesawat terbang pada ketinggian 32.000 kaki. Ketika itu, pilot meminta
naik ke ketinggian 38.000 kaki untuk menghindari cuaca buruk.
Beberapa
menit kemudian, pengendali lalu lintas udara mengizinkan untuk naik ke
ketinggian 34.000 kaki. Namun tidak ada tanggapan dari pesawat itu.
Penyidik
tengah mempelajari teori kemungkinan pesawat berhenti ketika naik
secara tajam untuk menghindari badai saat pesawat baru terbang sekitar
40 menit.
Seorang
sumber mengatakan, data radar menunjukkan pesawat membuat sebuah
langkah "luar biasa" yaitu naik curam sebelum jatuh. Hal itu kemungkinan
mendorongnya melampaui batas kemampuan Airbus A320. "Tampaknya berada
di luar kemampuan kinerja pesawat," katanya.
Diskusi
online di antara pilot terfokus pada data radar sekunder dari Malaysia
bahwa pesawat naik dengan kecepatan 353 knot, sekitar 100 knot lebih
lambat. Hal itu kemungkinan karena pesawat sudah berhenti. Namun hal
tersebut belum terkonfirmasi